Malam
ini tak seperti biasanya. Aku merasa gelisah. Ingin memejamkan mata, tapi tak
bisa. Hanya tetesan air mata yang tercipta, tetesan air mata yang sebenarnya
tidak ingin aku keluarkan. Gelisah, sedih, deg-degan, cemas, semuanya bercampur
menjadi satu. Air mataku menetas tambah deras, ketika aku mengingat acara di
sekolahku untuk besok pagi. PERPISAHAN KELAS XII SMAN 1 WATES 2014. Satu orang
yang terlintas dibenakku saat ini, Jojo.
Air mata ini benar-benar tidak dapat aku hentikan saat aku mengingat
namanya. Aku berpikir, bahwa besok adalah event terakhirku bersamanya, event
terakhir yang bisa aku lakukan untuk puas menatapnya, event terakhir yang harus
benar-benar aku manfaatkan dengan sebaik mungkin.
***
Ayam
telah berkokok dan alaram di Hand Phoneku telah berbunyi. Tepat pukul 05.00
alaram itu berbunyi, dan langsung segera aku matikan. Namun, seletah
mematikannya, aku kembali ke ranjangku untuk meneruskan tidur. Mungkin karena
tadi malam aku terlalu asyik menangis sehingga pagi ini aku terpaksa harus
bangun pukul 05:30. Setelah merapikan tempat tidurku, aku bergegas untuk
mengambil air wudhu dan melakukan sholat Subuh. Selesai itu, aku menyiapkan
kamera untuk acara hari ini dan memasukkan beberapa buku pelajaran ke dalam tas.
Setelah itu aku mandi, memakai sragam, sarapan, dan berangkat ke sekolah.
Pagi
ini aku berangkat sekolah seperti biasanya, berangkat dari rumah pukul 06:45
dan tiba di sekolah pukul 07:00. Keadaan sekolah masih sepi, beda dari
biasanya. Hal yang sama juga aku lihat saat sesampainya di kelas. Bangku belum
terisi penuh, dan hanya ada teman-temanku perempuan yang mendominasi kelas ini.
Tak lama dari itu, jam tanda dimulainya pelajaran berbunyi.
Mata
pelajaran pertama untuk hari ini adalah Bahasa Inggris peminatan. Sebenarnya
aku telah diijinkan untuk tidak mengikuti pelajaran karena harus mempersiapkan
acara perpisahan nanti. Namun, karena di jam ini digunakan untuk ulangan
harian, aku memutusakan untuk mengikuti ulangan terlebih dahulu. Saat
mengerjakan ulangan, pikiranku bukan di soal. Melainkan pikiranku ada di acara
perpisahan, apa yang akan terjadi nanti.
Aku
memutuskan untuk menyelesaikan soal ulangan ini dengan cepat. Semakin cepat
mengerjakan, semakin cepat aku keluar kelas. Saat keluar kelas dan langsung
menuju ke parkiran (tempat untuk perpisahan) semuanya sudah rapi, hanya tinggal
menunggu siswa datang serta waktu dimulainya acara. Kekosongan ini aku gunakan
untuk berselfie bersama teman-teman.
15
menit sebelum dimulainya acara, aku bersama temanku menuju ke hall. Dan tak ku
sangka aku melihat Jojo. Baju batik warna coklat, celana cream, sepatu hitam
kombinasi putih, dan jam tangan hitam membuatnya terlihat istimewa di mataku.
Spechless. Tidak ada yang dapat ku katakan saat ini, hanya tersenyum bahagia
yang dapat aku utarakan sekarang.
Sekitar
pukul 10:00 acara perpisahan 2014 dimulai. Kali ini aku kebagian jatah menjadi
sie dokumentasi. Secara otomatis aku dapat memfoto objek apa saja yang ingin
aku dokumenkan. Dan salah satu hal yang ingin aku foto adalah Jojo. Tapi
sayang, aku tidak tau di mana tempat dia duduk. Lagipula aku juga tidak berani
untuk mengambil fotonya secara langsung. Setelah sekian lama mencari, akhirnya
aku melihat sosoknya. Dia berada di barisan agak belakang pojok, duduk bersama
genknya. Karena tidak punya nyali untuk memfotonya, aku menyuruh kakak kelasku
untuk mengambil fotonya. Dan dapat. Walaupun tidak begitu jelas, tapi tak apa,
aku tetap senang.
Acara
demi acara aku lewati dengan bermain kamera. Hingga tak terasa, saat ini sudah
berada di penghujung acara. Keadaan mulai sepi, hanya tinggal ada kakak kelas
12 dan beberapa siswa kelas 10 dan 11. Sekitar pukul 12:15 acara perpisahan
telah usai. Agenda berikutnya adalah tanda tangan bagi kelas 12. Dan pada saat
itu juga aku melihat Jojo dengan jelas. Dia ada di seberangku, sedang duduk
bersama teman-temannya. Tidak ada yang dapat aku lakukan saat ini. Ingin sekali
aku memfotonya tapi aku tak berani. Yang ada aku malah menghindarinya.
Ingin
menyapanya, tapi aku takut jika dia hanya mengacuhkanku. Ingin senyum
kepadanya, tapi aku takut jika hanya menjadi sia-sia. Ingin mengajaknya foto,
tapi aku takut jika akan membuatku kecewa. Dan yang benar-benar terjadi adalah
kita saling buang muka saat bertemu.
Hingga
sampai dia pulang, tak ada satupun kata yang terucap untukku. Senang, sedih,
kecewa, tetesan air mata, semuanya terjadi di hari ini. Aku senang bisa puas
menatapnya, aku senang bisa melihatnya tersenyum bahagia bersama
teman-temannya. Tapi aku sedih karena tak akan lagi merasakan seperti ini, aku
sedih karena akan berpisah dengannya. Aku juga kecewa karena hari ini tak bisa
memanfaatkan momen dengan sebaik mungkin, aku kecewa karena aku tak bisa
merealisasikan apa yang telah aku rencanakan. Dan tetesan air mata menutup
semua ini.
Perpisahan??
Ada senang, ada senyuman, ada kesedihan, ada sesal, ada lega, ada puas, ada
melepas, dan ada juga kenangan. Tapi tidak untuk kenangan. Tidak ada hal yang benar-benar
dapat dikenang untuk hari ini. Aku ingin mengungkapkan. Mengungkapkan apa yang
selama ini ingin aku ungkapkan. Aku ungkapkan kepada orang yang sangat aku
sayang. Tapi apa daya. Memang bukan saatnya atau memang bukan jalanku untuk
mengutarakan semua ini.
Akankah ini menjadi pertemuan terakhir kita? Akankah ini menjadi perpisahan bagi kita? Atau mungkin beberapa tahun yang akan datang kita akan bahagia bersama? Tak usah berharap lebih, Tuhan yang akan menjawab.
Akankah ini menjadi pertemuan terakhir kita? Akankah ini menjadi perpisahan bagi kita? Atau mungkin beberapa tahun yang akan datang kita akan bahagia bersama? Tak usah berharap lebih, Tuhan yang akan menjawab.
Nis, aku melu ngrasakke perih le maca, Nis u,u
BalasHapus:)
BalasHapusMakasih rat, semoga kamu tidak seperti saya haha
BalasHapus