Sebuah
persahabatan antara tiga orang gadis agak desa yang tinggal di Kabupaten paling
barat di D.I. Yogyakarta, Kulonprogo namanya. Ke tiga gadis itu bersahabat
sejak mereka SMP dan kini mereka telah memasuki masa jaya Putih Abu-Abu alias
masa-masa di SMA. Setalah lulus dari SMP, mereka tidak dapat berada pada satu
sekolah yang sama. Walaupun begitu, komunikasi antara satu sama lain masih
terjalin. Mereka sering bertukar isi hatinya, walaupun hanya melalui via pesan
singkat.
SNK The Explorer
adalah istilah yang tidak sengajak kami buat. Sebenarnya SNK adalah singkatan dari nama kita bertiga, sedangkan The Explorer adalah sebutan karena kita
gemar travelling. Yang pertama, Shinta (S).
Nama lengkapnya Rizki Shinta Puspita Sari. Ia adalah gadis yang tahun ini
berumur 16 tahun, bersekolah di SMAN 1 Wates di kelas X-MIA 1 (more info bisa
follow @rizkishinta). Kedua, Krisma (K).
Nama lengkapnya Brigita Krisma Oktaviantari. Tahun ini usianya masih 15 tahun, besok
Oktober baru 16 tahun. Dia bersekolah di SMAN 2 Wates, di kelas X-MIA 2 (more
info bisa follow @Brigit_KO). Dan yang terakhir adalah aku. Namaku Nisrina (N). Nama lengkapku Nisrina Armin
Afifah. Tahun depan usiaku 17 tahun. Aku bersekolah sama dengan Shinta, yaitu
di SMAN 1 Wates. Tapi kita beda kelas. Aku ada di kelas X-MIA 3 (more info bisa
follow @Nisrinaarminn).
Istilah
SNK The Explorer sebenarnya tercetus
ketika kita sedang melakukan travelling. Saat kita sedang asyik menggosipkan
salah satu teman kita yang dulunya sering ikut travelling bareng (NBSK), tapi sekarang udah lupa sama
kita, gak pernah gabung bareng lagi.
Krisma
: “Wah saiki wis ra NBSK meneh
yo Nis?”
Shinta :
“Sing B wis lali ro NBSK”
Nisrina
: “Hoo, njuk saiki dadi SNK.
SNK The Explorer. Hahaha”
Yukk
langsung aja, simak cerita menarik dari SNK The Explorer.
*
Part
1
Setelah lulus
dari SMP, kita jarang sekali untuk berkumpul bersama. Beda dari dulu, kita
sering main-main bareng. Mungkin karena masa-masa di SMA adalah masa yang
paling menyibukkan, sehingga ada-ada saja alasan yang dapat membatalkan kita untuk
berkumpul. Sebenarnya kemarin pada saat aku ulang tahun (26 April 2014) kita
mau kumpul bareng, tapi rencana itu gagal karena aku ada acara di sekolah.
Yaudah, acara kumpul-kumpul dipending dulu dirubah jadi tanggal 5 Mei. Tapi,
sayangnya itu acara batal lagi gara-gara salah satu dari kita ada yang gak bisa
dateng. Batal lagi kan, terus diganti tanggal 10 Mei. Tapi itu acara juga batal
lagi karena Krisma bisanya main malem. Tanggal 11 kami memutuskan untuk main,
tapi lagi-lagi batal karena mendadak Shinta bilang kalo dia ada les renang. Dan
acara itu dipending lagi, sampai pada akhirnya kita bisa kumpul bareng di
tanggal 14 Mei.
Hari ini kami (14 Mei) fix kami bisa main bareng. Gak
main dink, cuma nongkrong di Cafedangan. Yaa walaupun aku agak capek karena
tadi ada acara perpisahan di sekolah, tapi apa sih yang enggak dilakuin buat
kumpul-kumpul sama sahabat?
Kalo direncana, kita kumpul jam
17:30 di depan SMPN 4 Wates (sekolah kita dulu). Aku sampai di tempat jam 17:35
dan di sana belum ada orang. Langsung dah aku sms Shinta, eh ternyata dia lagi
cari jalan soal e ada tilangan di teteg kulon. Setelah sekian lama menunggu,
akhirnya Shinta sama Krisma nongol juga, yaa sekitar jam 17:50. Habis tu
langsung dah, kita cuss ke Cafedangan.
Sesampainya di Cafedangan kita malah
mbingungi mau pesen makanan apa. Dan
sepakat kalo kita pesan nasi goreng WOW dan es kembang ndeso. Sambil menunggu
makanan datang kita ngobrol-ngobrol sepuasnya. Makananpun datang, kemudian kita
menyantapnya dengan antusias. Selesai makan kita kembali ngobrol, dan ada satu
topik bahasan yang membuat kita bakal gak bisa tidur nyenyak malam ini karena
ingin segera menyambut hari esok. Yaitu menjurus ke perbincangan kalau besok
pagi kita mau melakukan trip ke Taman Sari dengan menggunakan kendaraan umum
yaitu bus.
Setelah membahas tempat kumpul,
waktu, tujuan, dan perlengkapan lain yang bakal dibawa buat besok kita
memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, seperti biasanya. Kita foto-foto
alay dulu.
*
Kamis, 15 Mei 2014
“Hari telah berganti. Tak bisa ku
hindari. Tibalah saat ini ku dengannya” :D . Bersyukur hari ini adalah tanggal
merah (Hari Waisya), sehingga kita bisa merealisasikan rencana kita tadi malam.
Dari mulai bangun tidur, aku udah gak sabar buat melakukan trip. Yaa sibuk
nyiapin kamera, sibuk nyari baju, sibuk minta uang juga haha. Rencanannya
Shinta sama Krisma mau berangkat dari rumahnya jam 08:00. Dan mereka bakal aku
jemput di Kentheng untuk berkumpul di rumahku. Kalo direncana sih kita bakal
berangkat ke Taman Sari naik bus, tapi rencana itu dirubah. Kita jadinya
dianter sama Bapakku naik mobil, karena Bapak juga mau ke Jogja. Tapi
alhamdulillah, bisa mengurangi pengeluaran :D
Sekitar pukul setengah sembilan
lebih sedikit kita cuss ke Taman Sari naik si item. Berhubung kita anaknya alay
dan narsis maka saat di mobil kita berselfie bersama dan langsung diunggah ke
sosmed. Pas otw ke Taman Sari gak banyak candaan, mungkin karena kita canggung
buat mengobrol soal e ada bapakku.
Selfie di dalem mobil |
“My Life My Adventure!” kata yang
kami ucapkan saat tiba di Taman Sari. Suasana di sini udah rame, rame banget
malahan -___- Dan gak usah panjang lebar kita langsung menuju ke loket buat
beli tiket. Tiketnya gak mahal-mahal amat, 5K per orang. Habis tu kita masuk ke
lokasi. Satu pikiran yang sama saat pertama kali kita masuk di area Taman Sari,
yaitu BAU DUPA. Tapi bau dupa tidak
menghalangi semangat kami buat menghilangkan kepenatan selama ini.
Sangat banyaknya wisatawan yang
datang membuat kami tidak leluasa untuk menikmati keindahan Taman Sari. Tapi
bukan suatu halangan untuk kami. Bukan SNK namanya kalo kita gak ngalay dan gak
narsis bareng. Yap kita mengambil banyak foto ketika di sini. Selain itu, di
tempat ini kita juga ngobrol banyak tentang masalah ini itu. Tempat demi tempat
kita lalui, tempat demi tempat kami lalui dan tak lupa kita berfoto di tempat
tersebut.
Terik matahari yang sangat panas
membuat energi kita perlahan berkurang.
Nisrina
: “duhh aku ngelak e.”
Shinta
: “itu, di sana ada orang jualan minum.”
Krisma
: “aku nggawa minum kok”
Nisrina
: “kene njaluk.”
Kita
beristirahat sejenak, minum yang banyak, sembari memulihkan tenaga kita. Tapi
karena waktu yang semakin siang, kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan
yaitu ke kampung lukisan. Nahh pas kita lagi duduk nyantai di tangga, ada
bapak-bapak menghampiri kita. Dan bapak itu nyebelin banget, nyidir kitalah
intinya. Kalimat yang aku ingat dari bapak itu yaitu “kalo datang ke sini emang harus ikhlas, tadi aja saya nganter ibu-ibu
dari Sumatra keliling di sini mereka malah semangat, sambil nyanyi-nyanyi juga.
Ya kira-kira usianya 40-50 tahunan.” Karena jengkel sama itu orang, kita
cepet-cepet kabur dari tempat itu.
Hari
semakin siang, udara semakin panas. Kita memutuskan untuk keluar dari area
Taman Sari, untuk melanjutkan trip kita yaitu ke Malioboro. Yaa walaupun kita
belum begitu puas ada di sini dan kita belum mengelilingi seluruh area Taman
Sari.
*
Nisrina
: “iki sido arep nang Malioboro?”
Shinta
: “jadilah. Mau naik apa?”
Nisrina
: “mbecak wae yo? Raono bis nang kene ki.”
Krisma
; “haa? Mbecak o? Larang ra jal?
Sedikit
permasalahan pada siang hari ini. Kita pengen melanjutkan trip ke Malioboro,
tapi terkendala dengan kendaraan yang akan kita gunakan. Kebetulan di depan
Taman Sari banyak tukang becak berjejeran, mempromosikan jasanya.
Tukang
becak I : “mbak becaknya mbak”
Tukang
becak II : “ayo mbak mbecak. Malioboro.”
Nisrina
: “shin kae, gek takon regane piro.”
Shinta
: “halah kowe wae nis, aku raiso basa Jawa. Raiso nawar.”
Nisrina
: “kowe wae shin. Sing pinter ngomong.”
Setelah
melakukan pemaksaan terhadap Shinta dan dengan dukungan Krisma, akhirnya Shinta
memberanikan diri untuk berbicara pada sang pujaan hati, “Tukang becak IV”
Shinta
: “ke Malioboro berapa Pak?”
Tukang becak IV : “ke Malioboro 25 Mbak.”
Shinta
: “15 ya Pak.”
Tukang
becak IV : “gak bisa mbak. Po gak kasihan?’’
Shinta
: “yaudah Pak, makasih.”
Tukang
becak IV : “20 wis Mbak.”
Nisrina
: “halah Shin, rapopo 20. Mbangane mlaku.”
Dan
siang ini kami memutuskan untuk mbecak. Rasanya itu sesuatu bangeeet. Satu
becak digunakan untuk 3 orang. Haha. Sempitnya minta ampun. Aku di kiri, Shinta
di tengah, Krisma di kanan. Tapi ada asiknya juga ding, bisa ngerasain udara
kota Jogja di siang hari.
Nisrina
: “Shin, piye nek mbayare 21 wae? Mesakke pak pak e kuwi e, ben le mbayar yo
penak. Pitungewu per uwong.”
Shinta
; “yowislah rapopo.”
Dan
taukah anda? Ternyata kita cuma diturunin di depan benteng Vredeburg. Padahal
tujuan kita mau ke Malioboro Mall. Karena cacing di perut udah mulai minta
maem, maka dengan semangat dan cepat kita menuju ke Malioboro Mall dengan
melewati udara yang sangat panas dan kerumunan orang. Tapi, karena energi kita
sudah mulai habis, maka pas sampai di depan Ramayana kita numpang ACnan
sebentar.
Setelah
merasa agak kuat, cepat-cepatlah kita jalan ke tempat tujuan. Dan akhirnyaaa,
Malioboro Mall aku padamuu. Gak usah lama-lama kita langsung naik ke lantai
paling atas buat makan di KFC. Karena antrian KFC sangatlah banyak, kami
memilih untuk mencari tempat yang PW dulu. Aku mendapatkan tugs untuk menjaga
barang dan tempat, sedangkan Shinta dan Krisma bertugas memesan makanan.
Shinta
: “Nis, kalo spaghetti aja gimana?
Bentonya nunggu 50 menit?”
Nisrina
: “haaa? 50 menit? Yaudah gakpapa, spaghetti
aja.”
Makanan
datang, kita makan, perut kenyang. Alhamdulillah sekali, suatu berkah di siang
ini. Makan siang kali ini kita menghabiskan uang 11K, yaa gak terlalu mahal,
yang terpenting perut bisa kenyang.
Energi
sudah terisi kembali. Pukul 13:15 kita bergegas keluar dari Malioboro Mall dan
akan melanjutkan trip kita ke Benteng Vredeburg.
Nrsrina
: “saiki jam 13:15, ayo wani ra mlaku cepet di waktuni.”
Krisma
: “oke siapa takut.”
Dan
dari itu, kita berjalan sangat cepat. Perjalanan kali ini tidak sesusah yang
tadi, kali ini jalanan lebih sepi. Dan dengan usaha yang sebesar-besarnya
akhirnya kita dapat sampai di benteng dalam waktu 15 menit, ya walaupun
ngos-ngosan.
*Sesampainya
di benteng*
Shinta
: “yahh, gerbang sampingnya ditutup Nis, gak bisa ke sana ki, harus bayar.”
Nisrina
: “duh jan, piye to kowe ki? Harga tiket e pironan?”
Shinta
: “aku ra ngerti, rung tau e.”
Krisma
: “ihh jan, gek browsing wae kono.”
Karena
di internet harga tiket di benteng tidak mahal, maka kita bergegas untuk menuju
ke loket. Dan tiketpun kami dapatkan.
Nisrina
: “gene ming rongewu, kowe nek ndene mah ratau mbayar. Astagfirullah shin,
padahal ini kan warisan dari leluhur kita.”
Krisma
: “halah Nis, rasah sok to.”
Di
benteng, kita hanya melakukan foto-foto. Bagus sih tempatnya, tapi ada satu
kendala. Puanasse ra nguati. Karena gerbang samping di tutup, padahal kita
pengen foto di bawah Monumen Serangan 1 Maret, maka kita mencari-cari jalan
untuk menuju ke sana. Hingga kita sampai di tempat yang sepi nan indah, tepat
di seberang Bank Indonesia. Saat mau foto, ada mas-mas menghampiri kita.
Mas-mas
e : “maaf apakah anda tamu restoran?”
Nisrina
: “haa? Bukan mas.”
Mas-mas
e : “maaf, tempat ini hanya digunakan bagi pengunjung restoran.”
Kamprtttttt,
kita kisinan sekali. Pantes aja sepi, ternyata ini tempat bukan buat umum.
Karena udah merasa malu, maka kita memutuskan untuk keluar dari area benteng
dan memilih untuk bersinggah sebentar di titik 0 KM. Di sini kita istirahat
sejenak dan sedikit berfoto, sebelum meninggalkan Jogja Kota.
Setelah
dirasa cukup untuk beristirahat, cuss kita menuju ke pangkalan bus. Saat itu
hanya ada satu bus berpintu dua. “ayo
mbak, Wirobrajan Gamping. Wis arep mangkat.” Dengan segera kita naik ke
bus, dan ketika masuk. Astaga ini bus penuh sekali. Dan kita-kita penumpang bus
sangat-sangat jengkel, soal e dah tau ini bus penuh banget tapi terus-terusan
aja nambah penumpang. Dah itu nyopirnya lambat banget.
Tapi
serunya, pas lagi di dalam bus, ada tragedi bertubrukannya pantat antar pantat,
Perut orang dengan punggung orang lain. Haha geli banget pas ngerasain itu. Dan
juga pas lagi di dalam bus, keringat bercucuran dengan derasnya. Bersyukur
penderitaan ini hanya sampai di Gamping.
Sesampainya
di Gamping, kita harus ganti bus jurusan Jogja-Wates. Dari kejauhan aku udah punya
firasat kalo bakal ngerasain penderitaan lagi. Dan ternyata benar, di bus pintu
satu ini kita juga merasakan hal yang sama dengan bus sebelumnya. Tapi di bus
ini menyetirnya agak lebih cepat dan pas sampai di Pedes kita bisa merasakan
duduk. Entah, mungkin karena begitu bahagianya bisa mendapatkan tempat duduk,
perjalanan pulang ini berasa nikmat sekali. Yaa walaupun agak emosi gara-gara
kernetnya yang agak go**log.
Shinta
: “Pak, bertiga bayar berapa?”
Kernet
: “14 ewu.”
Shinta
: “satu orangnya berapa?”
Kernet
: “4 ewu.”
Duh
jan, itu orang bisa itung-itungan gak sih! Be*o amat. Dan lagi yaaa, pas Shinta
lagi bayar pake uang 10 ribuan, eh dia malah dikasih kembalian 10 ribu juga.
Aneh bangetlah. Tapi bersyukur alhamdulillah, kita semua dapat sampai di
rumahku dengan selamat pada pukul 16:35.
*
Hari
yang menyenangkan dan melelahkan pula. Banyak senyum kebahagiaan dan
pengeluaran uang. Tapi intinya hari ini bahagia banget. Bisa menghilangkan
kepenatan karena terlalu fokus sekolah, dan dapat sejenak melupakan masalah
yang sedang dihadapi.
Yaa
walaupun di hari ini kita merasakan 2 sindiran dan 3 penderitaan, yaitu
sindiran yang pertama adalah dari bapak-bapak yang ada di Taman Sari, yang ke
dua gara-gara kita diusir sama mas-mas restoran. Kalo penderitaan kita yang
pertama adalah mbecak sampai Malbor 1 becak buat bertiga, pulang naik bus tapi
senggol-senggolan, dan juga nemuin kerent yang menjengkelkan. Tapi semuanya ini
menjadi kenangan yang harus dikenang.
Thanks
for today my best, Shinta dan Krisma. Dan juga tunggu petualangan SNK The Explorer berikutnya.
Selfie pas mbecak |
@Taman Sari |
@Nisrinaarminn |
@Benteng Vredeburg |
@Brigit_KO |
@rizkishinta |
Seru, Nis :D Keep writing! ^^
BalasHapusAku dadi pengen nang Taman Sari ro Benteng Vredeburg.. Rung tau soale -_-
yo gek ayo mbak dolan ndono, wong yojo kok rung tau ndono haha
Hapuserrr --" ra ana sing ngejak, ra ana sing iso dijak ._. #kode
Hapus